Kalau mau beli obat, pastikan dulu produk itu punya izin BPOM. Izin ini menjamin obat sudah melewati uji keamanan dan kualitas. Tanpa izin, obat bisa berbahaya atau tidak mengandung bahan aktif yang dijanjikan. Cek nomor registrasi BPOM di kemasan, biasanya tertera di bagian belakang atau samping botol.
Nomor registrasi itu unik, jadi kamu bisa masuk ke situs resmi BPOM untuk verifikasi. Cukup ketik nomor tersebut, sistem akan tampilkan nama produk, produsen, dan tanggal kadaluarsa. Kalau tidak muncul, sebaiknya hindari obat itu dan cari alternatif yang terdaftar.
Label obat bukan cuma nama merek. Di sana ada informasi penting: bahan aktif, dosis, indikasi, kontraindikasi, dan peringatan alergi. Baca dulu dosis yang disarankan, terutama untuk anak atau lansia. Jangan asal pakai dosis dokter lain atau iklan TV.
Jika ada simbol ‘✅ BPOM’ atau kata ‘Terdaftar’, itu tanda resmi. Tapi tetap cek nomor registrasi, karena label kadang saja dicetak pakai template tanpa verifikasi. Pastikan juga tanggal kedaluwarsa masih jauh, karena obat yang sudah terlalu lama bisa kehilangan efektivitas.
Obat bebas memang praktis, tapi tetap perlu berhati-hati. Pilih apotek yang resmi, hindari penjual online yang tidak jelas asal-usulnya. Kalau obat memerlukan resep, jangan coba beli tanpa resep dokter. Hal ini karena obat resep biasanya memiliki efek samping lebih besar atau potensi penyalahgunaan.
Jika ragu, tanyakan pada apoteker. Mereka bisa jelaskan perbedaan antara obat generik dan merek, memberi saran dosis, atau mengingatkan tentang interaksi dengan obat lain yang kamu konsumsi. Konsultasi singkat dengan apoteker bisa menghindarkan kamu dari kesalahan penggunaan.
Intinya, regulasi BPOM ada untuk melindungi konsumen. Dengan cek izin, baca label, dan konsultasi apoteker, kamu sudah melangkah tepat untuk gunakan obat yang aman dan efektif. Jadi, sebelum menaruh obat di rak rumah, pastikan semua poin di atas sudah terpenuhi.