Ringkasan Cepat
- Layer 1 blockchain adalah jaringan utama yang menyimpan data transaksi secara permanen.
- Contoh paling terkenal: Bitcoin, Ethereum, Solana, dan Avalanche.
- Perbedaan utama dengan layer 2 terletak pada cara mengatasi skalabilitas dan keamanan.
- Komponen penting meliputi node, algoritma konsensus, token, dan smart contract (pada jaringan yang mendukung).
- Memilih layer 1 yang tepat tergantung pada kebutuhan throughput, biaya, dan ekosistem aplikasi.
Jika Anda pernah mendengar istilah layer 1 blockchain tapi belum yakin apa sebenarnya, artikel ini akan memecah konsepnya menjadi bagian‑bagian yang mudah dipahami. Tanpa jargon berbelit, kita akan lihat definisi, contoh nyata, perbedaan dengan layer 2, dan tantangan yang sedang dihadapi jaringan utama.
Definisi Layer 1 Blockchain
Layer 1 Blockchain adalah jaringan blockchain dasar yang berfungsi sebagai lapisan pertama dalam arsitektur terdesentralisasi. Jaringan ini menyimpan semua data transaksi di ledger yang tidak dapat diubah tanpa konsensus seluruh jaringan. Pada dasarnya, semua operasi-pembuatan blok, validasi transaksi, penerbitan token-terjadi secara langsung pada jaringan ini.
Berbeda dengan layer 2 yang bertindak sebagai “jalur samping” untuk meningkatkan kecepatan, layer 1 tetap menjadi sumber kebenaran (truth) yang semua lapisan lain mengandalkan.
Contoh Populer Layer 1 Blockchain
Berikut beberapa jaringan yang paling banyak disebut sebagai contoh layer 1:
- Bitcoin adalah blockchain pertama yang berfokus pada penyimpanan nilai dan transaksi peer‑to‑peer.
- Ethereum menyediakan kemampuan eksekusi smart contract, memungkinkan aplikasi terdesentralisasi (dApp).
- Solana - dikenal dengan kecepatan tinggi (hingga 65.000 transaksi per detik) dan biaya rendah.
- Avalanche - menawarkan kompatibilitas dengan Ethereum serta konsensus yang sangat cepat.
- Cardano - mengedepankan pendekatan ilmiah dan formal verification dalam protokolnya.
Setiap jaringan memiliki algoritma konsensus yang berbeda, namun semuanya beroperasi pada tingkat layer 1.
Komponen Utama pada Layer 1
Untuk memahami cara kerja jaringan utama, kenali elemen-elemen berikut:
- Node - komputer yang menyimpan salinan lengkap atau parsial ledger dan berpartisipasi dalam proses validasi. Node menjaga keamanan jaringan dengan memverifikasi setiap blok baru.
- Algoritma Konsensus - mekanisme yang memastikan semua node sepakat tentang urutan transaksi. Contohnya Proof‑of‑Work (PoW) pada Bitcoin, Proof‑of‑Stake (PoS) pada Ethereum 2.0, dan Tendermint pada Cosmos.
- Token Native - mata uang digital yang memberi insentif kepada validator atau penambang, misalnya BTC, ETH, SOL.
- Smart Contract (jika didukung) - program yang dijalankan secara otomatis pada blockchain. Smart Contract memungkinkan logika bisnis tanpa perantara.
- Data Struktur - biasanya chain of blocks yang terhubung dengan hash kriptografis, memastikan integritas data.
Keberhasilan sebuah layer 1 bergantung pada keseimbangan antara keamanan, desentralisasi, dan skalabilitas - yang sering disebut “trilema blockchain”.

Perbedaan Layer 1 dan Layer 2
Berikut tabel perbandingan singkat yang menyoroti perbedaan utama:
Aspek | Layer 1 | Layer 2 |
---|---|---|
Fungsi utama | Menyimpan data transaksi secara permanen | Meningkatkan kecepatan/kapasitas dengan memproses off‑chain |
Keamanan | Ditentukan oleh konsensus jaringan utama | Tergantung pada keamanan layer 1 serta mekanisme roll‑up atau sidechain |
Skalabilitas | Terbatas oleh block size, block time, dan konsensus | Biasanya dapat meningkatkan throughput 10‑100x |
Biaya transaksi | Biaya variabel, sering tinggi pada jaringan sibuk | Biaya jauh lebih rendah karena batch processing |
Contoh teknologi | Bitcoin, Ethereum, Solana | Lightning Network (Bitcoin), Optimistic Rollup (Ethereum) |
Intinya, layer 2 tidak menggantikan layer 1, melainkan melengkapi dengan memberikan solusi skalabilitas tanpa mengorbankan keamanan dasar.
Tantangan Skalabilitas pada Layer 1
Selama beberapa tahun terakhir, jaringan utama menghadapi tiga masalah utama:
- Throughput terbatas - Bitcoin hanya dapat memproses sekitar 7 transaksi per detik (tps), sementara Ethereum sekitar 30‑40 tps.
- Biaya gas yang fluktuatif - Ketika jaringan sibuk, biaya dapat melambung, menyulitkan pengguna kecil.
- Latensi blok - Waktu yang diperlukan untuk menambang atau memvalidasi blok (10 menit untuk Bitcoin, ~12 detik untuk Ethereum 2.0) menambah penundaan.
Berbagai upaya sedang dijalankan untuk mengatasi masalah ini, termasuk peningkatan ukuran blok, perubahan algoritma konsensus, dan pengenalan sharding pada Ethereum. Namun, setiap perubahan harus menyeimbangkan keamanan dan desentralisasi.
Bagaimana Memilih Layer 1 yang Tepat?
Jika Anda ingin membangun aplikasi, berinvestasi, atau sekadar menggunakan layanan berbasis blockchain, pertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Keamanan - Pilih jaringan yang telah teruji selama bertahun‑tahun (mis. Bitcoin) atau yang memiliki audit konsensus yang kuat (mis. Cardano).
- Kecepatan dan Biaya - Untuk aplikasi yang memerlukan banyak transaksi per detik, Solana atau Avalanche bisa lebih cocok.
- Dukungan Ekosistem - Jika Anda membutuhkan smart contract, Ethereum memiliki komunitas developer terbesar.
- Modularitas - Beberapa jaringan menawarkan interoperabilitas dengan layer 2 atau sidechain, memudahkan upgrade di masa depan.
- Regulasi Lokal - Pastikan jaringan yang dipilih tidak terhalang oleh kebijakan pemerintah di wilayah Anda.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda menghindari jebakan biaya tinggi atau kinerja yang tidak memadai.

Kasus Penggunaan Nyata pada Layer 1
Berikut contoh aplikasi yang berjalan langsung pada jaringan utama:
- Bitcoin - Penyimpanan nilai (digital gold) dan pembayaran peer‑to‑peer.
- Ethereum - DeFi (Uniswap, Aave), NFT marketplace (OpenSea), DAO (Decentralized Autonomous Organization).
- Solana - Game blockchain (Star Atlas), solusi keuangan mikro dengan biaya transaksi <0,001USD.
- Avalanche - Platform launchpad token baru dengan finalitas transaksi dalam <2detik.
Setiap contoh menunjukkan bagaimana layer 1 menjadi fondasi bagi layanan yang tidak memerlukan lapisan tambahan untuk keamanan data.
Kesimpulan Singkat
Layer 1 blockchain adalah jaringan inti yang menyimpan semua transaksi secara permanen dan mengatur keamanan melalui konsensus. Contoh paling terkenal meliputi Bitcoin, Ethereum, Solana, dan Avalanche. Perbedaan utama dengan layer 2 terletak pada tujuan: memperbaiki skalabilitas tanpa mengorbankan keamanan. Memilih jaringan yang tepat bergantung pada kebutuhan throughput, biaya, dan ekosistem yang diinginkan.
Frequently Asked Questions
Apa itu layer 1 dalam konteks blockchain?
Layer 1 adalah jaringan utama yang menyimpan semua data transaksi secara permanen dan mengatur keamanan melalui algoritma konsensus. Semua lapisan lain bergantung pada data yang tercatat di sini.
Bagaimana cara kerja konsensus pada layer 1?
Konsensus memastikan semua node sepakat tentang urutan blok. Pada Bitcoin, mekanisme Proof‑of‑Work memerlukan penambang memecahkan teka‑teki kriptografi; pada Ethereum 2.0, Proof‑of‑Stake memilih validator berdasarkan jumlah ETH yang mereka stake.
Mengapa layer 2 tidak dapat menggantikan layer 1?
Layer 2 hanya mempercepat transaksi dengan memprosesnya di luar rantai utama, namun data akhirnya tetap disimpan di layer 1 untuk keamanan. Jadi layer 1 tetap menjadi sumber kebenaran yang tak tergantikan.
Contoh aplikasi yang langsung berjalan di layer 1?
DeFi seperti Uniswap (Ethereum), pembayaran peer‑to‑peer dengan Bitcoin, atau game berbasis blockchain di Solana semuanya menyimpan logika dan data utama di jaringan layer 1 masing‑masing.
Apakah semua layer 1 mendukung smart contract?
Tidak. Bitcoin, misalnya, fokus pada transaksi sederhana tanpa smart contract. Ethereum, Solana, dan Avalanche mendukung kontrak pintar, sementara jaringan lain mungkin menambahkan dukungan lewat upgrade.