Bayangkan ini: Anda bangun pagi di villa pantai di Seminyak, matahari menyinari kolam renang, dan Anda hanya punya satu pertanyaan: berapa biaya makan di Bali per hari? Bukan soal makan di restoran mewah, tapi soal makan enak, bersih, dan tetap dalam budget. Jawabannya? Bisa mulai dari Rp30.000, tapi bisa juga melebihi Rp500.000. Semua tergantung pilihan Anda.
Makan di Warung Lokal: Rp30.000 - Rp70.000 per Hari
Jika Anda ingin pengalaman autentik dan hemat, warung makan lokal adalah pilihan terbaik. Di Denpasar, di sepanjang jalan Raya Puputan, atau di kawasan Kuta, Anda bisa makan tiga kali sehari dengan biaya sekitar Rp30.000 - Rp50.000. Nasi campur dengan lauk ayam goreng, telur dadar, tahu tempe, dan sayur bening? Harganya sekitar Rp15.000 - Rp20.000. Nasi goreng atau mie goreng? Sekitar Rp12.000 - Rp18.000. Minum air kelapa muda? Rp5.000. Kopi hitam di warung? Rp7.000. Ini bukan makanan biasa - ini makanan yang dimasak ibu-ibu lokal setiap pagi, bahan segar, dan rasanya jauh lebih enak daripada yang Anda bayangkan.
Warung seperti ini tidak punya menu dalam bahasa Inggris, tidak ada dekorasi instagrammable, tapi mereka punya satu hal yang lebih berharga: konsistensi. Saya sering lihat turis asing duduk di bangku plastik, makan nasi campur sambil tersenyum. Mereka tidak tahu nama hidangannya, tapi tahu rasanya enak. Itulah keajaiban makan di warung lokal.
Makan di Restoran Kafe: Rp100.000 - Rp250.000 per Hari
Jika Anda ingin suasana yang lebih nyaman, wifi cepat, dan menu dalam bahasa Inggris, maka kafe dan restoran kelas menengah adalah pilihan. Di Seminyak, Canggu, atau Ubud, Anda bisa menikmati smoothie bowl, avocado toast, atau burger vegan dengan harga Rp40.000 - Rp80.000 per porsi. Minuman seperti cold brew atau jus alpukat bisa mencapai Rp35.000 - Rp50.000.
Biaya per hari untuk gaya ini? Sekitar Rp150.000 - Rp250.000 jika Anda makan tiga kali di tempat ini. Tidak murah, tapi Anda dapatkan lebih dari sekadar makanan. Anda dapatkan suasana, pelayanan, dan tempat yang nyaman untuk istirahat setelah seharian jalan-jalan. Banyak turis yang rela membayar lebih untuk ini - dan itu wajar. Tapi ingat: harga ini tidak termasuk minuman alkohol. Segelas beer lokal seperti Bintang di kafe seharga Rp35.000 - Rp45.000. Jika Anda minum dua gelas sehari, itu tambahan Rp70.000.
Makan di Restoran Mewah: Rp300.000 - Rp1.000.000+ per Hari
Bali punya banyak restoran yang menawarkan pengalaman kuliner tingkat tinggi. Di Uluwatu, Anda bisa makan malam dengan pemandangan laut dan musik live seharga Rp600.000 per orang. Di Mandapa, Ayana, atau Metis, menu bisa mencapai Rp800.000 - Rp1.200.000 per orang, belum termasuk anggur atau minuman premium. Ini bukan makan - ini pengalaman. Tapi jika Anda hanya ingin kenyang, ini terlalu mahal.
Restoran seperti ini cocok untuk perayaan, ulang tahun, atau hari-hari spesial. Tapi jika Anda berlibur selama seminggu dan makan di tempat seperti ini setiap hari, budget Anda akan habis dalam dua hari. Saya pernah lihat pasangan asal Jerman yang menghabiskan Rp2.500.000 hanya untuk makan malam di sebuah restoran di Seminyak. Mereka bilang itu "pengalaman tak terlupakan" - tapi mereka juga tidak bisa beli oleh-oleh setelah itu.
Biaya Makan untuk Keluarga atau Kelompok
Jika Anda liburan bersama keluarga atau teman-teman, biaya makan bisa lebih efisien. Di warung keluarga di Gianyar atau Singaraja, Anda bisa pesan nasi campur besar untuk 4 orang seharga Rp80.000. Itu berarti per orang hanya Rp20.000. Di restoran keluarga seperti Warung Sari di Ubud, Anda bisa pesan nasi goreng, ayam bakar, dan sayur lodeh untuk 6 orang seharga Rp220.000 - termasuk minuman.
Keuntungan makan berkelompok? Anda bisa mencoba lebih banyak hidangan tanpa harus membayar per porsi. Saya sering lihat kelompok wisatawan dari Australia yang memesan 5-6 hidangan, lalu membaginya. Mereka tidak hanya hemat, tapi juga bisa mencoba lebih banyak rasa. Ini cara cerdas untuk menghemat tanpa mengorbankan pengalaman.
Beli Makanan di Pasar Tradisional: Rp15.000 - Rp40.000 per Hari
Jika Anda benar-benar ingin menghemat, beli makanan di pasar tradisional. Pasar Badung di Denpasar, Pasar Ubud, atau Pasar Kereneng di Gianyar menjual buah, roti, pisang goreng, nasi bungkus, dan snack lokal dengan harga sangat murah. Pisang goreng? Rp2.000. Nasi bungkus dengan telur dan tempe? Rp8.000. Buah mangga atau jambu? Rp10.000 per kg. Anda bisa makan tiga kali sehari hanya dengan Rp30.000 - Rp40.000 jika Anda rajin jalan ke pasar.
Ini bukan hanya hemat - ini cara terbaik untuk merasakan kehidupan sehari-hari warga Bali. Anda akan lihat ibu-ibu menjual sambal terasi, pedagang ikan asin, dan anak-anak bermain di antara keranjang sayur. Ini adalah bagian dari budaya Bali yang tidak bisa Anda rasakan di restoran.
Biaya Makan Per Hari: Rangkuman Nyata
Untuk membantu Anda merencanakan, ini perkiraan biaya makan per hari berdasarkan gaya hidup Anda:
- Minimalis (warung + pasar): Rp30.000 - Rp50.000 - cocok untuk backpacker, traveler budget, atau yang ingin fokus ke wisata, bukan makan.
- Seimbang (warung + kafe): Rp80.000 - Rp150.000 - pilihan terbaik untuk sebagian besar wisatawan. Anda bisa makan enak, tidak kehabisan uang, dan tetap punya dana untuk aktivitas lain.
- Luxury (restoran kelas atas): Rp300.000 - Rp1.000.000+ - untuk liburan spesial, bukan liburan biasa.
Sebagian besar wisatawan yang datang ke Bali selama 7 hari menghabiskan sekitar Rp1.000.000 - Rp1.500.000 untuk makan. Itu rata-rata Rp140.000 - Rp210.000 per hari. Angka ini realistis, dan masih memungkinkan Anda untuk menikmati kopi pagi, makan siang enak, dan dessert sore hari.
Tip Penting: Hindari Tempat yang Terlalu Dekat dengan Objek Wisata
Jangan tergoda oleh restoran yang berada tepat di depan Pura Tanah Lot, Pantai Kuta, atau Tegallalang. Makanan di sana biasanya 2-3 kali lebih mahal daripada di tempat yang berjarak 500 meter. Saya pernah lihat sate ayam di dekat Pura Luhur Uluwatu dijual seharga Rp75.000 per tusuk. Di pasar terdekat, harganya Rp15.000. Perbedaan yang sangat besar.
Aturan sederhananya: jika Anda melihat 5-10 restoran berjejer di jalan utama, dan semuanya punya menu foto yang sama, jangan masuk. Jalan ke samping, cari warung yang penuh dengan orang lokal. Itu tanda makanannya enak dan harganya wajar.
Apakah Makan di Bali Mahal?
Bali bukan tempat termurah di Asia Tenggara, tapi juga bukan yang termahal. Jika Anda bandingkan dengan Thailand atau Vietnam, makan di Bali sedikit lebih mahal - tapi kualitasnya lebih konsisten. Di Bali, Anda tidak akan menemukan makanan yang basi atau tidak higienis. Kebanyakan warung makan memiliki izin kesehatan, dan mereka tahu bahwa reputasi mereka bergantung pada kebersihan.
Yang membuat makan di Bali terasa mahal bukan karena harganya, tapi karena Anda tergoda untuk mencoba semua hal. Anda ingin makan di restoran dengan pemandangan laut, minum koktail di rooftop, coba kopi langka, dan beli buah impor. Semua itu bisa diakses - tapi tidak semua perlu Anda lakukan.
Yang penting: Anda bisa menikmati Bali tanpa menghabiskan uang banyak. Makanan lokalnya luar biasa. Harganya terjangkau. Dan Anda tidak perlu menjadi miliarder untuk menikmatinya.
Berapa biaya makan di Bali per hari untuk backpacker?
Backpacker bisa makan cukup dengan Rp30.000 - Rp50.000 per hari. Fokus pada warung lokal, pasar tradisional, dan nasi campur. Hindari restoran dekat objek wisata. Minum air kelapa dan kopi lokal untuk hemat biaya.
Apakah makan di kafe Bali lebih mahal daripada di restoran?
Tidak selalu. Banyak kafe di Canggu dan Seminyak menawarkan harga yang sama dengan restoran kelas menengah. Tapi kafe cenderung lebih mahal untuk minuman seperti kopi dan jus. Restoran biasanya lebih murah untuk hidangan utama. Pilih berdasarkan kebutuhan, bukan label.
Berapa biaya makan di Bali jika saya vegetarian?
Vegetarian bisa makan dengan harga yang sama seperti orang biasa. Banyak warung menyediakan nasi dengan sayur, tempe, tahu, dan sambal. Di kafe, menu vegan dan vegetarian sudah umum. Harganya sekitar Rp35.000 - Rp60.000 per porsi. Pastikan Anda tanya apakah ada kuah ikan atau kecap asin - beberapa hidangan vegetarian masih mengandung produk hewani.
Apakah harga makan di Bali naik tahun 2025?
Ya, harga makan naik sekitar 10-15% sejak 2023 karena kenaikan harga bahan pokok dan biaya bahan bakar. Tapi kenaikan ini lebih terasa di restoran mewah dan kafe. Di warung lokal, kenaikan hanya 5-8%. Jadi, jika Anda memilih makan di warung, dampaknya masih sangat kecil.
Bagaimana cara menghemat uang makan di Bali?
Pilih makan di warung lokal atau pasar tradisional. Beli buah dan camilan di pasar. Hindari makan di tempat yang langsung menghadap pantai atau pura. Minum air kelapa atau kopi lokal, bukan jus impor. Makan berkelompok untuk bisa pesan lebih banyak hidangan dan bagi biaya. Jangan tergoda oleh "menu turis" - itu biasanya paling mahal.
Komentar
Asril Amirullah
November 17, 2025 AT 10:15 AMBener banget ini, bro! Aku dulu pikir makan di Bali itu mahal, ternyata pas coba warung di belakang pasar Badung, nasi campurnya cuma Rp12.000, tambah telor dadar dan sambal, kenyang sampe malem. Gak perlu ribet, yang penting enak dan beneran lokal. Ini baru namanya liburan tanpa beban.
Yang penting jangan tergoda sama foto-foto Instagram yang semua sama. Cari yang penuh sama orang Bali duduk di bangku plastik, itu jaminan rasa autentik. Aku udah 3x ke Bali, dan setiap kali, warung itu jadi favoritku. Semangat buat yang mau jalan-jalan hemat!
Ingat, kamu nggak perlu beli semua yang ada di menu. Coba satu, suka, lanjut. Nggak usah takut salah pilih. Makan itu soal pengalaman, bukan angka di tagihan.
Isaac Suydam
November 19, 2025 AT 00:30 AMIni postingan omong kosong. Semua orang tahu harga makan di Bali udah naik 50% sejak 2022. Rp30.000? Di Kuta sekarang nasi goreng aja Rp25.000, terus tambah air mineral Rp10.000, kopi Rp12.000. Sudah Rp47.000, belum makan siang. Ini tipuan buat turis yang masih hidup di tahun 2018.
Warung lokal? Coba dateng ke Jalan Raya Canggu jam 1 siang, liat harga nasi campur. Rp35.000. Dan itu yang termurah. Jangan bohongi orang. Bali udah jadi kota turis, bukan desa lagi.
Alifvia zahwa Widyasari
November 21, 2025 AT 00:04 AMSecara gramatikal, artikel ini cukup baik, tapi ada beberapa kesalahan konsistensi. Misalnya, di bagian ‘biaya makan per hari’ disebut Rp30.000–Rp50.000 untuk minimalis, tapi di paragraf sebelumnya disebut ‘nasi campur Rp15.000–Rp20.000’ - jika tiga kali sehari, itu sudah Rp45.000–Rp60.000, bukan Rp30.000–Rp50.000. Ada inkonsistensi numerik.
Juga, frasa ‘kopi hitam di warung? Rp7.000’ tidak realistis di 2025. Di Denpasar, kopi tubruk sudah Rp10.000–Rp12.000. Ini menunjukkan data tidak diperbarui. Penulis harus lebih teliti dalam verifikasi harga terkini, bukan hanya mengandalkan kenangan pribadi.
Riyan Ferdiyanto
November 22, 2025 AT 01:49 AMIni beneran topik yang bikin otak meleleh. Aku pernah nyobain makan di pasar Gianyar, nasi bungkus Rp7.500, pisang goreng Rp2.000, terus minum air kelapa Rp5.000. Total Rp14.500 buat tiga kali makan. Tapi gue nggak bilang itu ‘hemat’ karena itu bukan soal uang, itu soal cara hidup.
Orang lokal makan gitu tiap hari, bukan karena mereka miskin, tapi karena mereka tahu hidup itu sederhana. Kita yang datang dari kota besar, malah bingung kalo nggak ada wifi dan menu bilingual. Kita yang aneh, bukan mereka.
Yang penting: jangan cari yang enak, cari yang beneran nyata. Di Bali, yang nyata itu yang gak pake lampu LED dan foto di dinding.
Dicky Agustiady
November 23, 2025 AT 10:06 AMMenarik banget pembahasan ini. Aku sendiri pernah makan di restoran mewah di Uluwatu dan rasanya emang spektakuler, tapi aku sadar setelah itu aku nggak bisa beli oleh-oleh buat keluarga. Jadi aku putuskan: lebih baik makan enak di warung setiap hari, dan simpan uang buat beli batik atau kerajinan tangan.
Yang aku suka dari Bali adalah, kamu bisa pilih gaya makan sesuai mood. Kalau pengen santai, warung. Kalau pengen ngerayain sesuatu, restoran. Tapi yang paling penting, semua pilihan itu valid. Tidak ada yang salah, cuma beda prioritas.
Hari Yustiawan
November 24, 2025 AT 05:48 AMGuys, ini bukan cuma soal angka, ini soal filosofi hidup. Kamu bisa makan Rp30.000 sehari, tapi kamu nggak akan pernah merasakan kehangatan yang dibawa oleh seorang ibu yang ngeguyur nasi campur dengan sambal yang dibuat dari resep turun-temurun, atau dengerin tawa anak-anak yang main di depan warung sambil ngemil pisang goreng panas-panas.
Kalo kamu makan di kafe dengan harga Rp80.000, kamu dapatkan estetika, wifi, dan bantal empuk. Tapi kalo kamu makan di warung, kamu dapatkan jiwa. Jiwa Bali. Jiwa Indonesia. Jiwa yang nggak bisa diukur dengan rupiah, tapi bisa dirasakan sampe ke tulang.
Jangan anggap ini cuma perjalanan wisata. Ini adalah ritual. Makan di Bali itu seperti berdoa tanpa kata-kata. Dan yang paling penting - jangan lupa kasih tips ke penjualnya, meskipun cuma Rp1.000. Itu nggak cuma uang, itu penghargaan. Dan itu yang bikin mereka tersenyum lebar. Dan senyum itu, bro, lebih berharga dari semua menu di Google Maps.
maulana kalkud
November 25, 2025 AT 16:42 PMWkwk bener nih, pas gue ke Bali dulu gue ngira warung itu cuma buat orang lokal, ternyata pas gue coba nasi goreng di warung deket Pura Luhur, rasa nya malah lebih enak dari restoran di Seminyak yang harganya 3x lipat.
Tapi jangan lupa, kalau kamu makan di pasar, jangan lupa bawa uang receh. Banyak yang gak bisa kembalian 5000, jadi siapin uang pas. Dan jangan lupa, kalau kamu pesan sambal, bilang ‘pedes banget’ bukan ‘pedes’ - kalau cuma bilang ‘pedes’, nanti dapetnya cuma sedikit aja, wkwk.
Yang penting, jangan takut salah pilih. Makanan Bali itu nggak akan bikin kamu sakit, jangan percaya mitos ‘Bali bikin diare’. Itu karena kamu minum air kemasan yang salah, bukan karena makanannya.
nasrul .
November 26, 2025 AT 16:16 PMAda yang bilang makan di Bali itu soal uang. Tapi sebenarnya, ini soal kesadaran. Kamu membayar bukan untuk makanan, tapi untuk waktu. Waktu yang dihabiskan ibu-ibu memasak sejak subuh. Waktu yang dihabiskan pedagang ikan menangkap ikan di laut. Waktu yang dihabiskan anak-anak menunggu ibunya pulang bawa nasi bungkus.
Harga Rp30.000 bukan angka. Itu adalah cerminan dari kehidupan yang masih menghargai proses. Di kota-kota besar, kita membayar untuk kecepatan. Di Bali, kita membayar untuk keaslian. Dan keaslian itu, tidak bisa dijual murah - tapi juga tidak bisa dijual mahal. Ia hanya ada, jika kamu mau melihatnya.