Tur Jimbaran Bali: Panduan Lengkap Wisata Pantai, Makanan, dan Aktivitas Terbaik

Tur Jimbaran Bali: Panduan Lengkap Wisata Pantai, Makanan, dan Aktivitas Terbaik
  • 7 Nov 2025
  • 15 Komentar

Tur Jimbaran Bali bukan sekadar jalan-jalan ke pantai. Ini adalah pengalaman yang menyentuh semua indra: aroma ikan bakar yang hangat di udara laut, suara ombak yang menghampiri pasir putih, dan pemandangan matahari terbenam yang membuat waktu seolah berhenti. Jimbaran bukan tempat yang bisa Anda lewatkan begitu saja - ini adalah salah satu destinasi paling ikonik di Bali yang menggabungkan keindahan alam, kuliner legendaris, dan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Apa yang Membuat Jimbaran Berbeda dari Pantai Lain di Bali?

Jika Anda pernah ke Kuta atau Seminyak, Anda tahu betapa ramainya tempat-tempat itu. Jimbaran berbeda. Di sini, tidak ada klub malam yang berisik, tidak ada penjual souvenir yang mengejar Anda, dan tidak ada kerumunan orang berpose di depan kafe. Yang ada adalah pantai yang luas, dermaga nelayan tradisional, dan restoran-restoran kecil yang berbaris di tepi pasir. Ini adalah Bali yang autentik - tempat budaya lokal masih hidup, bukan hanya dipertunjukkan untuk turis.

Jimbaran adalah rumah bagi nelayan yang masih menggunakan perahu kayu tradisional. Setiap pagi, mereka berangkat ke laut dan kembali sore hari dengan tangkapan segar. Ikan tuna, kerapu, udang, dan cumi-cumi langsung dibakar di atas bara kayu, hanya beberapa meter dari tempat Anda duduk. Tidak ada jarak antara sumber dan piring. Ini bukan restoran - ini adalah pengalaman hidup.

Makanan Laut Jimbaran: Bukan Hanya Makan, Tapi Ritual

Jika Anda datang ke Jimbaran dan tidak makan ikan bakar, Anda belum benar-benar datang. Di sini, makanan laut bukan sekadar hidangan - ini adalah tradisi. Ikan dibakar di atas bara kayu kelapa, bukan gas. Bumbunya sederhana: garam, bawang putih, jeruk nipis, dan sedikit kecap. Tidak ada saus krim, tidak ada topping mewah. Kelezatannya datang dari kesegaran dan cara memasaknya.

Restoran seperti Warung Ikan Bakar Jimbaran atau Seafood Restaurant Jimbaran Bay menawarkan menu yang sama: ikan bakar, udang, cumi, dan kepiting. Tapi yang membuatnya istimewa adalah cara penyajiannya. Anda duduk di kursi kayu rendah, kaki telanjang di pasir, dan makan dengan tangan. Nasi putih hangat disajikan dalam daun pisang. Air kelapa muda disajikan dalam cangkir bambu. Semua ini menciptakan suasana yang tidak bisa Anda temukan di restoran ber-AC mana pun.

Harga juga terjangkau. Sebuah porsi ikan bakar ukuran sedang (sekitar 500 gram) biasanya sekitar Rp120.000-Rp180.000. Udang besar bisa Rp150.000 per porsi. Ini jauh lebih murah daripada restoran serupa di Seminyak atau Ubud, dan rasanya jauh lebih autentik.

Matahari Terbenam di Jimbaran: Waktu Terbaik untuk Datang

Jangan datang sore hari hanya untuk makan. Datanglah 1,5 jam sebelum matahari terbenam. Anda bisa berjalan-jalan di pantai, duduk di tepi air, atau sekadar menikmati angin laut. Saat matahari mulai turun, langit berubah menjadi warna jingga, merah muda, dan ungu tua. Perahu-perahu nelayan yang tadi sibuk kini berlayar perlahan kembali ke darat, siluetnya terlihat jelas di langit yang memudar.

Ini adalah momen yang paling banyak difoto, tapi jangan hanya ambil gambar. Rasakan. Dengarkan suara ombak yang perlahan surut. Cium aroma garam dan asap kayu dari restoran di sekitar Anda. Biarkan tubuh Anda rileks. Ini adalah bentuk meditasi alami - tanpa mantra, tanpa yoga, tanpa aplikasi. Hanya Anda, laut, dan matahari yang perlahan menghilang di cakrawala.

Aktivitas Lain di Sekitar Jimbaran

Tur Jimbaran tidak harus berhenti di pantai. Ada beberapa aktivitas yang bisa Anda tambahkan ke perjalanan Anda:

  • Wisata ke Pura Samuan Tiga - sebuah pura kuno yang terletak di lereng bukit, hanya 10 menit dari pantai. Ini adalah tempat suci yang jarang dikunjungi turis, tapi sangat penting bagi masyarakat lokal.
  • Kunjungi Pasar Tradisional Jimbaran - tempat warga setempat membeli sayuran, buah, dan ikan segar. Anda bisa melihat bagaimana mereka menawar, memilih, dan membawa pulang hasil panen. Jangan lewatkan durian lokal yang harum dan manis.
  • Snorkeling di Teluk Penyu - sekitar 15 menit berkendara dari Jimbaran. Airnya jernih, terumbu karangnya masih sehat, dan ikan-ikan kecil berenang di sekitar Anda. Tidak perlu tur khusus - cukup bawa masker dan snorkel, dan Anda bisa menjelajah sendiri.
  • Spa tradisional Bali di tepi pantai - banyak resor dan spa kecil menawarkan pijat dengan minyak kelapa dan bunga melati. Pijat ini tidak hanya membuat rileks, tapi juga membantu menghilangkan rasa lelah setelah seharian berjalan di pantai.
Nelayan Bali menarik jaring ikan segar dari perahu kayu tradisional di tepi pantai saat fajar.

Bagaimana Merencanakan Tur Jimbaran yang Tepat?

Jika Anda ingin mengatur tur Jimbaran sendiri, ini langkah sederhananya:

  1. Datang sore hari - idealnya antara pukul 16.00-17.00. Ini waktu terbaik untuk menghindari panas dan menikmati matahari terbenam.
  2. Pilih restoran - ada lebih dari 30 restoran di sepanjang pantai. Pilih yang tampak ramai oleh warga lokal, bukan yang paling besar atau paling berlampu.
  3. Order ikan bakar - tanya harga per kilo sebelum pesan. Biasanya, ikan yang lebih besar harganya lebih murah per kilo.
  4. Bawa uang tunai - banyak restoran tidak menerima kartu kredit, terutama yang kecil.
  5. Jangan lupa tips - jika pelayan membantu Anda memilih ikan atau mengatur tempat duduk, berikan tips Rp10.000-Rp20.000. Ini adalah budaya lokal yang dihargai.

Jika Anda ingin paket tur lengkap, banyak operator lokal menawarkan tur Jimbaran + makan malam + antar jemput dari Denpasar atau Kuta. Harga mulai dari Rp350.000 per orang. Ini termasuk transportasi, makan malam, dan panduan lokal yang tahu tempat terbaik untuk duduk dan makan.

Perbedaan Tur Jimbaran dan Tur Pantai Lain

Bali punya banyak pantai, tapi Jimbaran punya sesuatu yang tidak dimiliki yang lain: keaslian. Di Kuta, Anda membeli ikan bakar di restoran yang menyajikan makanan dari freezer. Di Seminyak, Anda makan di tempat yang terlihat seperti foto Instagram. Di Jimbaran, Anda makan ikan yang masih berdenyut detik sebelum dibakar.

Juga, suasana di Jimbaran lebih tenang. Tidak ada musik keras. Tidak ada orang berteriak-teriak. Hanya suara alam dan obrolan santai antar keluarga. Ini adalah tempat untuk bersantai, bukan untuk pamer.

Peringatan dan Tips Penting

Ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui sebelum datang:

  • Jangan datang saat hujan deras - pantai bisa menjadi licin dan restoran bisa tutup.
  • Jangan memakai sepatu - pasirnya panas di siang hari, dan Anda akan lebih nyaman tanpa sepatu.
  • Jangan membeli souvenir di tepi pantai - harganya 3x lebih mahal daripada di pasar tradisional.
  • Jangan terlalu lama di air - arus di Jimbaran bisa kuat, terutama di ujung pantai. Jangan berenang sendirian.

Yang paling penting: jangan terburu-buru. Jimbaran bukan tempat untuk menghitung waktu. Ini adalah tempat untuk menghargai momen. Biarkan waktu berjalan seperti ombak - perlahan, tanpa paksaan.

Pasangan duduk di pasir pantai Jimbaran saat senja, menikmati makan malam sederhana dengan suasana tenang.

Apakah Tur Jimbaran Cocok untuk Keluarga?

Ya. Jimbaran adalah salah satu tempat paling ramah keluarga di Bali. Anak-anak bisa berlari di pasir tanpa takut terkena mobil. Orang tua bisa duduk santai sambil menikmati makanan dan pemandangan. Tidak ada diskotek, tidak ada klub, tidak ada kebisingan. Hanya ketenangan, makanan enak, dan keindahan alam.

Beberapa restoran bahkan menyediakan kursi anak dan makanan ringan untuk anak-anak. Anda bisa pesan nasi goreng, telur dadar, atau pisang goreng - semua disiapkan dengan bahan segar dan tanpa bahan pengawet.

Apakah Tur Jimbaran Cocok untuk Pasangan?

Sangat cocok. Ini adalah salah satu tempat paling romantis di Bali - tanpa perlu harga mahal. Tidak ada lilin, tidak ada champagne, tidak ada dekorasi mewah. Yang ada adalah matahari terbenam, ombak yang pelan, dan makan malam bersama di atas pasir. Banyak pasangan datang ke Jimbaran untuk ulang tahun, pertunangan, atau sekadar melepas stres. Dan mereka selalu kembali.

Bagaimana dengan Transportasi?

Jimbaran berjarak sekitar 20 menit dari Bandara Ngurah Rai, 30 menit dari Kuta, dan 45 menit dari Ubud. Anda bisa menyewa mobil dengan sopir (Rp300.000-Rp400.000/hari), naik taksi online (Grab/Gojek), atau sewa motor (Rp70.000-Rp100.000/hari). Jika Anda ingin pengalaman lebih santai, sewa mobil dengan sopir adalah pilihan terbaik - Anda bisa berhenti di tempat lain sepanjang jalan, seperti pasar atau pura kecil.

Berapa lama waktu ideal untuk tur Jimbaran?

Idealnya, Anda butuh 3-4 jam. Datang sekitar pukul 16.00, nikmati matahari terbenam, makan malam, dan pulang sekitar pukul 20.00. Ini cukup untuk merasakan semua yang Jimbaran tawarkan tanpa terburu-buru.

Apakah Jimbaran aman untuk wisatawan?

Ya, Jimbaran sangat aman. Tidak ada kejahatan berat yang dilaporkan di area ini. Restoran dan penginapan ramah terhadap wisatawan. Hanya perlu berhati-hati saat berjalan di pasir basah dan jangan tinggalkan barang berharga tanpa pengawasan - seperti di tempat wisata lainnya.

Apakah ada restoran vegan di Jimbaran?

Tidak banyak, tapi beberapa restoran bisa menyediakan menu vegan jika Anda minta. Nasi goreng tanpa telur, sayur tumis, dan buah-buahan segar bisa disiapkan. Tanyakan sebelum memesan - mereka biasanya bersedia menyesuaikan, terutama jika Anda berbicara dengan sopan.

Apakah bisa datang sendiri tanpa tur?

Bisa, dan bahkan lebih baik. Tur Jimbaran paling menyenangkan jika Anda datang sendiri atau bersama keluarga. Anda bisa memilih waktu, restoran, dan durasi sesuai keinginan. Tidak ada jadwal kaku, tidak ada kelompok besar. Ini adalah pengalaman pribadi yang seharusnya tidak diatur oleh tur.

Apakah Jimbaran ramah untuk lansia?

Sangat ramah. Banyak restoran memiliki kursi tinggi dan jalur datar ke pantai. Tidak perlu berjalan jauh. Anda bisa duduk di tepi air, menikmati makanan, dan menonton matahari terbenam tanpa usaha fisik berlebihan. Banyak lansia dari Eropa dan Jepang datang ke Jimbaran hanya untuk ini.

Langkah Selanjutnya: Buat Rencana Anda

Jika Anda sudah memutuskan untuk datang ke Jimbaran, mulailah dengan menentukan tanggal. Hindari hari libur nasional - pantai bisa penuh. Pilih hari kerja, terutama Selasa atau Rabu. Cek cuaca - pastikan tidak hujan deras. Pesan transportasi sehari sebelumnya. Bawa kamera, tapi jangan terlalu sering mengangkatnya. Biarkan momen itu hidup di ingatan Anda, bukan hanya di galeri ponsel.

Tur Jimbaran bukan tentang melihat tempat indah. Ini tentang merasakan kehidupan. Dan di sana, di tepi laut Bali, Anda akan menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada foto: ketenangan yang sejati.

Dikirim oleh: Putri Astari

Komentar

Olivia Urbaniak

Olivia Urbaniak

November 11, 2025 AT 20:33 PM

Baru pulang dari Jimbaran minggu lalu, dan aku masih ingat bau asap kayu kelapanya sampe sekarang. Ikan bakarnya gak pake ribet, cuma garam, jeruk nipis, sama kecap-tapi rasanya seperti laut langsung masuk mulut. Aku duduk kaki telanjang di pasir, nggak pakai sepatu, dan rasanya kayak libur dari dunia.

Yang paling aku suka? Pas matahari terbenam, semua restoran tiba-tiba jadi tenang. Nggak ada yang ngebut foto, cuma orang-orang duduk diam, ngerasain waktu. Aku nggak ngambil satu foto pun. Cukup diinget aja.

Terus, jangan lupa beli durian di pasar tradisional. Yang di tepi pantai mahal dan jelek. Di pasar, durian-nya manis banget, bau nyengat, tapi enak sampe lupa diri.

Ini bukan tur. Ini pengalaman.

Wajib coba.

Ps: bawa uang tunai. Banyak yang nggak terima kartu.

duwi purwanto

duwi purwanto

November 12, 2025 AT 02:44 AM

Jimbaran emang beda. Aku pernah ke Seminyak, terus ke Kuta, terus ke Nusa Dua-semua terasa kayak theme park. Tapi Jimbaran? Itu kayak rumah nenek yang masih masak pake kayu bakar. Nggak ada yang sempurna, tapi semuanya autentik.

Yang bikin aku balik lagi? Suara ombak pas jam 7 malem. Tenang banget. Nggak ada musik, nggak ada orang berteriak. Cuma angin, ikan bakar, sama suara anak-anak kecil main pasir.

Simple. Tapi powerful.

Yudha Kurniawan Akbar

Yudha Kurniawan Akbar

November 12, 2025 AT 21:30 PM

LOL jadi ini yang disebut 'Bali autentik'? Aku kira itu cuma marketing buat turis yang gak bisa bedain ikan bakar sama ikan goreng.

Di mana-mana sekarang jual ikan bakar. Bahkan di mall. Dan kalo lo bilang 'ini bukan restoran, ini pengalaman hidup', ya iyalah, karena restorannya nggak punya AC dan listriknya mati tiap jam 9.

Terus, 'jangan pakai sepatu'? Aku jalan 200 meter, kakiku udah kayak dibakar. Dan 'jangan beli souvenir di tepi pantai'? Ya iya lah, soalnya yang jual tuh emang orang yang jualan di tepi pantai. Logika lo kaya anak SD.

Ini bukan spiritualitas. Ini cuma turis yang mau merasa special karena nggak pakai kacamata hitam.

Wkwk.

Aiman Berbagi

Aiman Berbagi

November 14, 2025 AT 07:11 AM

Yudha, aku ngerti kamu skeptis. Tapi coba lihat dari sisi lain: Jimbaran itu bukan soal 'autentik atau tidak', tapi soal 'kita masih bisa merasakan kehidupan yang lambat' di tengah dunia yang terus ngebut.

Aku orang Bali, lahir di Denpasar. Aku pernah tinggal di Jakarta, di Singapura, di Berlin. Tapi ketika aku pulang ke Jimbaran, aku nggak mikir soal waktu. Aku cuma duduk, makan, dan ngerasain udara.

Kalo kamu nganggap itu 'romantisasi kemiskinan', mungkin kamu belum pernah duduk bareng nelayan yang cerita soal anaknya yang mau jadi dokter, tapi masih ngejar ikan pake perahu kayu.

Jimbaran bukan tempat untuk dijual. Jimbaran adalah tempat untuk dihargai. Dan kalo kamu belum bisa ngerti itu, ya gapapa. Tapi coba datang lagi-tanpa kamera, tanpa review, tanpa judgment. Cuma bawa diri kamu.

Di sana, kamu bakal nemu sesuatu yang nggak bisa dijual di marketplace.

Terima kasih udah baca. Semoga suatu hari kamu bisa merasakan itu.

yusaini ahmad

yusaini ahmad

November 15, 2025 AT 22:37 PM

Informasi penting: harga ikan bakar di Jimbaran memang terjangkau tapi jangan percaya angka Rp120.000 sebagai patokan. Harga per kilo tergantung jenis ikan dan waktu. Tuna lebih mahal daripada kakap. Kalau kamu pesan jam 18.30, harganya bisa lebih murah karena nelayan mau cepat jual habis.

Restoran yang ramai oleh warga lokal biasanya punya papan nama kecil, bukan neon sign. Cari yang ada perahu kayu di depan, bukan yang punya kursi berlapis kain putih.

Untuk snorkeling di Teluk Penyu, jangan datang pas pasang. Arus kuat dan visibility turun drastis. Datang pas surut, pagi hari, dan bawa botol air minum untuk bilas masker.

Spa tradisional? Pilih yang pake minyak kelapa murni, bukan yang pake parfum kimia. Banyak yang klaim 'tradisional' tapi pakai minyak sintetis.

Jangan lupa bawa topi. Matahari di Jimbaran nggak main-main.

Ini bukan rekomendasi. Ini pengalaman nyata.

Transportasi: kalau sewa motor, jangan lewat jalan belakang. Ada jalan rusak yang bikin ban kempes. Pakai jalan utama meski agak jauh.

yonathan widyatmaja

yonathan widyatmaja

November 17, 2025 AT 02:55 AM

Wahhh ini beneran bikin rindu 🥹

Aku baru balik dari sana dua minggu lalu dan masih nangis inget matahari terbenamnya 😭

Udah gitu, pelayannya ramah banget sampe aku sampai nanya 'kamu kerja di sini sejak kapan?' trus dia jawab 'sejak lahir, Mas' 😭

Terus aku beli durian, trus dia kasih gratis satu biji lagi karena aku senyum 😭

Jimbaran bukan tempat. Jimbaran itu perasaan. ❤️

Yang belum pernah ke sana, jangan cuma baca. Datang. Nggak akan nyesel. Aku janji.

P.S. Bawa baju ganti. Pasirnya nempel sampe ke celana dalam 😅

muhamad luqman nugraha sabansyah

muhamad luqman nugraha sabansyah

November 18, 2025 AT 08:06 AM

Kalian semua terlalu romantis. Jimbaran itu tempat sampahnya turis yang nggak bisa bayar di Seminyak. Ikan bakar? Ya iyalah, karena ikan itu cuma ikan laut yang dibakar. Di mana-mana bisa. Bahkan di Surabaya ada yang jual ikan bakar pake gas. Tapi kalian bilang ini 'autentik' karena nggak ada AC?

Kalau kamu mau autentik, coba datang jam 5 pagi. Lihat nelayan yang lagi nggak tidur karena hutang. Lihat ibu-ibu yang ngejajal ikan buat bayar listrik. Lihat anak-anak yang nggak sekolah karena orang tua mereka nggak punya uang buat jalan ke sekolah.

Ini bukan 'ketenangan'. Ini kemiskinan yang dijual sebagai pengalaman.

Lo yang bilang 'jangan ambil foto', lo yang nggak punya uang buat bayar hotel di Seminyak.

Jimbaran itu bukan spiritual. Jimbaran itu eksploitasi yang dikemas dengan puisi.

wawan setiawan

wawan setiawan

November 19, 2025 AT 05:41 AM

Menarik. Kita semua punya versi Jimbaran yang berbeda.

Yang satu bilang itu spiritual. Yang lain bilang itu eksploitasi. Yang lain bilang itu cuma ikan bakar.

Mungkin yang benar adalah: Jimbaran adalah cermin. Kita lihat di sana apa yang kita bawa.

Kalau kamu bawa keinginan untuk merasa special, kamu akan lihat keindahan.
Kalau kamu bawa rasa marah karena hidup terlalu keras, kamu akan lihat kemiskinan.
Kalau kamu bawa keinginan untuk memahami, kamu akan lihat orang-orang yang tetap tersenyum meski hidupnya berat.

Jimbaran tidak mengubah siapa pun. Ia hanya menunjukkan siapa kita.

Jadi... apa yang kamu bawa ke sana?

Itu yang sebenarnya penting.

Dani leam

Dani leam

November 20, 2025 AT 22:22 PM

Untuk yang nanya soal vegan: beberapa restoran punya menu sayur tumis dan nasi putih tanpa telur. Tapi jangan harap ada tempe atau tahu bakar. Itu bukan menu lokal. Itu dari warung di Ubud.

Yang paling aman: minta nasi + kangkung tumis + sambal. Itu vegan, autentik, dan murah.

Jangan tanya soal protein. Di Jimbaran, protein datang dari ikan. Bukan dari tahu.

Untuk transportasi: kalau pakai Gojek, jangan minta antar sampai ke restoran paling ujung. Sopirnya bakal nolak. Jaraknya jauh dan jalan sempit. Lebih baik turun di pertigaan, jalan kaki 10 menit.

Ini bukan tur. Ini navigasi.

Rahmat Widodo

Rahmat Widodo

November 21, 2025 AT 13:31 PM

Aku pernah bawa ibu aku ke Jimbaran. Dia lansia, pake kaki palsu. Tapi dia bisa duduk di tepi pantai, makan ikan bakar, dan nangis karena bahagia.

Kami nggak ambil foto. Kami cuma duduk diam. Dia bilang, 'ini yang kumau sejak dulu. Tenang. Tidak ada yang menuntut aku untuk bersenang-senang.'

Jimbaran bukan tempat untuk liburan. Ini tempat untuk pulang.

Terima kasih, penulis. Kau menulis dengan hati.

Ini yang kubawa pulang: ketenangan yang tidak bisa dijual.

Yang lain bisa kau simpan di galeri. Tapi ini... ini ada di dalam.

Yuliana Preuß

Yuliana Preuß

November 22, 2025 AT 07:33 AM

Wahhh aku baru balik dari sana! 🌅❤️

Yang paling aku suka: pas matahari terbenam, ada keluarga lokal yang nyanyi lagu tradisional pake gitar kecil. Nggak ada yang rekam. Cuma duduk, denger, dan ikut nyanyi pelan-pelan.

Terus aku beli durian, trus ibu-ibu penjualnya kasih aku daun pisang buat bungkus. Katanya, 'biar nggak kotor, Nak.' 😭

Jimbaran itu bukan tempat. Jimbaran itu pelukan dari alam.

Yang belum pernah ke sana, jangan cuma baca. Datang. Bawa hati yang terbuka. Dan jangan lupa bawa selimut kecil. Pas malam, anginnya dingin banget 🧣

Love you, Jimbaran 💕

Emsyaha Nuidam

Emsyaha Nuidam

November 23, 2025 AT 18:42 PM

Jimbaran? Oh, itu tempatnya turis kelas menengah yang ingin terlihat 'authentic' tanpa repot ke Nepal atau Bhutan. Ikan bakar? Ya, tapi itu cuma ikan yang dibakar. Di mana-mana bisa. Bahkan di Bandung ada yang jual ikan bakar pake BBQ grill.

Ini bukan budaya. Ini komodifikasi kemiskinan yang disamarkan sebagai 'pengalaman spiritual'.

Lo bilang 'jangan ambil foto'? Ya iyalah, karena kalau lo ambil foto, lo akan terlihat seperti orang yang menghargai, padahal lo cuma ingin like di Instagram.

Jimbaran adalah simbol kapitalisme yang sudah kehabisan ide.

Lebih baik lo ke Taman Nasional Lorentz. Di sana, kamu akan benar-benar merasakan alam. Bukan ikan bakar yang dijual dengan harga Rp180.000.

Stop romantisasi kemiskinan. Itu tidak etis.

Dani Bawin

Dani Bawin

November 23, 2025 AT 20:17 PM

Wahhh aku baru aja bawa pacar ke sana 🥺❤️

Terus pas matahari terbenam, dia nangis dan bilang 'ini yang aku cari seumur hidup' 😭

Trus aku beli durian, trus dia makan sampe dua biji, terus bilang 'aku mau nikah di sini' 😭

Jimbaran itu bukan tempat. Jimbaran itu cinta. 💘

Yang belum ke sana, jangan nunda lagi. Nanti kamu nyesel sampe tua 🥺

P.S. Bawa tissue. Banyak yang nangis di sana 😭😭😭

Agus Setyo Budi

Agus Setyo Budi

November 23, 2025 AT 22:38 PM

Jimbaran itu bukan cuma pantai. Ini adalah tempat di mana waktu berhenti, dan kamu jadi ingat siapa kamu sebenarnya.

Yang bilang itu cuma ikan bakar, kamu belum pernah duduk di pasir sambil dengerin ombak selama 20 menit tanpa HP.

Yang bilang itu eksploitasi, kamu belum pernah lihat nelayan yang bagi-bagi ikan ke tetangganya yang lagi sakit.

Yang bilang itu turis, kamu belum pernah duduk bareng keluarga lokal yang ngobrol pake bahasa Bali sambil ketawa-ketawa.

Jimbaran itu bukan tempat yang kamu kunjungi.

Jimbaran itu tempat yang kamu temukan.

Yang belum datang? Jangan nunggu 'waktu yang tepat'.

Waktu yang tepat adalah sekarang.

Go. Just go.

duwi purwanto

duwi purwanto

November 24, 2025 AT 08:49 AM

Setuju banget sama Aiman. Jimbaran itu cermin. Aku dulu juga mikir ini cuma tempat makan ikan. Tapi pas aku datang sendiri, tanpa kamera, tanpa rencana... aku nangis. Bukan karena sedih. Tapi karena aku baru sadar betapa aku udah lama lupa cara diam.

Terima kasih, penulis. Dan terima kasih, Aiman.

Jimbaran nggak butuh review. Jimbaran butuh orang yang mau duduk diam.

Tulis komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan